Rekan guru dan operator, seperti tahun lalu, pada tahun ini kita kembali diharuskan mengisi aplikasi PMP (Pemetaan Mutu Pendidikan). Ada beberapa peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Diantaranya adalah jumlah pertanyaan kuesioner yang lebih banyak dan load aplikasi yang lebih cepat.
Ya, bagi anda yang sudah mulai mengerjakan aplikasi ini, pasti merasa lebih mudah karena kecepatan loading ini menghemat waktu pekerjaan kita. Namun, bagi operator yang dibebani kepala sekolah untuk menginput semua kuesioner, termasuk milik guru dan komite, maka pengerjaannya tetap lama. Belum lagi pusingnya menghadapi pertanyaan yang itu-itu saja.
Akhirnya banyak yang memilih menggunakan Faster PMP. Apa itu Faster PMP? Saya yakin anda sudah tahu, sejenis aplikasi yang akan mengisi kuesioner-kuesioner secara otomatis, hanya dengan beberapa klik. Hadirnya aplikasi seperti ini pasti mendapat sambutan baik, karena menawarkan pekerjaan cepat dan mudah. Terbukti di forum-forum operator sedang ramai membahas aplikasi ini.
Kalau dari segi kemudahan pengerjaan dan waktu yang dibutuhkan, tentu sangat membantu. Banyak yang sudah mencoba dan mengatakan berhasil. Tidak perlu memelototi komputer lama-lama, hanya dengan beberapa klik semua kuesioner terisi.
Tapi penggunaan Faster PMP tetap beresiko. Seperti yang dituliskan oleh blog-blog yang membagikan aplikasi ini, mereka mewanti-wanti apabila terjadi error pada isian kuesioner maupun pengiriman data, itu ditanggung sendiri. Tentu saja ini sebuah warning/peringatan buat anda yang memilih pakai “jalan pintas ini”.
Saya sendiri belum pernah mencobanya, dan pilih menginput manual lewat aplikasi yang resmi. Sempat ada teman operator yang berhasil mencobanya, namun hasil isian kuesionernya tidak sesuai harapan. Itu saja sudah membuat saya kurang tertarik mencoba. Yah mau gimana lagi, yang namanya inputan otomatis pasti hasilnya ya mengikuti sistem.
Dan bagaimana jika kita hubungkan tujuan PMP itu sendiri yang untuk mengumpulkan informasi aktual dan valid tercapainya standar nasional pendidikan? Silahkan anda simpulkan sendiri.
Jadi, artikel ini bukan bermaksud menjudge bahwa penggunaan Faster PMP itu salah. Kita harus mengapresiasi developernya yang mampu menciptakan kemudahan seperti ini. Ini adalah kreasi bagus dan inovatif dari para pejuang “Satu Data”. Saya sendiri belum mampu membuat seperti itu, masih mentok di aplikasi berbasis excel.
Namun harus kita akui juga, kuesioner yang terisi otomatis itu tidak mewakili keadaan sebenarnya. Apalagi tanpa melalui editing dan langsung kirim, jelas bukan benar-benar data yang valid. Dan tentu saja melenceng dari tujuan awal PMP itu diadakan.
Semua kembali pada anda, pilih cara cepat namun beresiko atau butuh waktu lama tetapi aman. Ingat juga, PMP merupakan salah satu dari 4 komponen ketercapaian SNP, selain EDS (Evaluasi Diri Sekolah), Akreditasi, dan SPM (Standar Pelayanan Minimal). Keempatnya membutuhkan data yang valid untuk dibuat rencana pengembangan pendidikan ke depan.
Ya, bagi anda yang sudah mulai mengerjakan aplikasi ini, pasti merasa lebih mudah karena kecepatan loading ini menghemat waktu pekerjaan kita. Namun, bagi operator yang dibebani kepala sekolah untuk menginput semua kuesioner, termasuk milik guru dan komite, maka pengerjaannya tetap lama. Belum lagi pusingnya menghadapi pertanyaan yang itu-itu saja.
Akhirnya banyak yang memilih menggunakan Faster PMP. Apa itu Faster PMP? Saya yakin anda sudah tahu, sejenis aplikasi yang akan mengisi kuesioner-kuesioner secara otomatis, hanya dengan beberapa klik. Hadirnya aplikasi seperti ini pasti mendapat sambutan baik, karena menawarkan pekerjaan cepat dan mudah. Terbukti di forum-forum operator sedang ramai membahas aplikasi ini.
Tapi, apakah Faster PMP benar-benar memudahkan kita?
Kalau dari segi kemudahan pengerjaan dan waktu yang dibutuhkan, tentu sangat membantu. Banyak yang sudah mencoba dan mengatakan berhasil. Tidak perlu memelototi komputer lama-lama, hanya dengan beberapa klik semua kuesioner terisi.
Tapi penggunaan Faster PMP tetap beresiko. Seperti yang dituliskan oleh blog-blog yang membagikan aplikasi ini, mereka mewanti-wanti apabila terjadi error pada isian kuesioner maupun pengiriman data, itu ditanggung sendiri. Tentu saja ini sebuah warning/peringatan buat anda yang memilih pakai “jalan pintas ini”.
Saya sendiri belum pernah mencobanya, dan pilih menginput manual lewat aplikasi yang resmi. Sempat ada teman operator yang berhasil mencobanya, namun hasil isian kuesionernya tidak sesuai harapan. Itu saja sudah membuat saya kurang tertarik mencoba. Yah mau gimana lagi, yang namanya inputan otomatis pasti hasilnya ya mengikuti sistem.
Dan bagaimana jika kita hubungkan tujuan PMP itu sendiri yang untuk mengumpulkan informasi aktual dan valid tercapainya standar nasional pendidikan? Silahkan anda simpulkan sendiri.
Jadi, artikel ini bukan bermaksud menjudge bahwa penggunaan Faster PMP itu salah. Kita harus mengapresiasi developernya yang mampu menciptakan kemudahan seperti ini. Ini adalah kreasi bagus dan inovatif dari para pejuang “Satu Data”. Saya sendiri belum mampu membuat seperti itu, masih mentok di aplikasi berbasis excel.
Namun harus kita akui juga, kuesioner yang terisi otomatis itu tidak mewakili keadaan sebenarnya. Apalagi tanpa melalui editing dan langsung kirim, jelas bukan benar-benar data yang valid. Dan tentu saja melenceng dari tujuan awal PMP itu diadakan.
Semua kembali pada anda, pilih cara cepat namun beresiko atau butuh waktu lama tetapi aman. Ingat juga, PMP merupakan salah satu dari 4 komponen ketercapaian SNP, selain EDS (Evaluasi Diri Sekolah), Akreditasi, dan SPM (Standar Pelayanan Minimal). Keempatnya membutuhkan data yang valid untuk dibuat rencana pengembangan pendidikan ke depan.
SESION 2 ;
Rekan guru dan operator, seperti tahun 2016 lalu, pada tahun ini kita kembali diharuskan mengisi aplikasi PMP (Pemetaan Mutu Pendidikan). Ada beberapa peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Diantaranya adalah jumlah pertanyaan kuesioner yang lebih banyak dan load aplikasi yang lebih cepat.
Ya, bagi anda yang sudah mulai mengerjakan aplikasi ini, pasti merasa lebih mudah karena kecepatan loading ini menghemat waktu pekerjaan kita. Namun, bagi operator yang dibebani kepala sekolah untuk menginput semua kuesioner, termasuk milik guru dan komite, maka pengerjaannya tetap lama. Belum lagi pusingnya menghadapi pertanyaan yang itu-itu saja.
Akhirnya banyak yang memilih menggunakan Faster PMP. Apa itu Faster PMP? Saya yakin anda sudah tahu, sejenis aplikasi yang akan mengisi kuesioner-kuesioner secara otomatis, hanya dengan beberapa klik. Hadirnya aplikasi seperti ini pasti mendapat sambutan baik, karena menawarkan pekerjaan cepat dan mudah. Terbukti di forum-forum operator sedang ramai membahas aplikasi ini.
Kalau dari segi kemudahan pengerjaan dan waktu yang dibutuhkan, tentu sangat membantu. Banyak yang sudah mencoba dan mengatakan berhasil. Tidak perlu memelototi komputer lama-lama, hanya dengan beberapa klik semua kuesioner terisi.
Tapi penggunaan Faster PMP tetap beresiko. Seperti yang dituliskan oleh blog-blog yang membagikan aplikasi ini, mereka mewanti-wanti apabila terjadi error pada isian kuesioner maupun pengiriman data, itu ditanggung sendiri. Tentu saja ini sebuah warning/peringatan buat anda yang memilih pakai “jalan pintas ini”.
Saya sendiri belum pernah mencobanya, dan pilih menginput manual lewat aplikasi yang resmi. Sempat ada teman operator yang berhasil mencobanya, namun hasil isian kuesionernya tidak sesuai harapan. Itu saja sudah membuat saya kurang tertarik mencoba. Yah mau gimana lagi, yang namanya inputan otomatis pasti hasilnya ya mengikuti sistem.
Dan bagaimana jika kita hubungkan tujuan PMP itu sendiri yang untuk mengumpulkan informasi aktual dan valid tercapainya standar nasional pendidikan? Silahkan anda simpulkan sendiri.
Jadi, artikel ini bukan bermaksud menjudge bahwa penggunaan Faster PMP itu salah. Kita harus mengapresiasi developernya yang mampu menciptakan kemudahan seperti ini. Ini adalah kreasi bagus dan inovatif dari para pejuang “Satu Data”. Saya sendiri belum mampu membuat seperti itu, masih mentok di aplikasi berbasis excel.
Namun harus kita akui juga, kuesioner yang terisi otomatis itu tidak mewakili keadaan sebenarnya. Apalagi tanpa melalui editing dan langsung kirim, jelas bukan benar-benar data yang valid. Dan tentu saja melenceng dari tujuan awal PMP itu diadakan.
Semua kembali pada anda, pilih cara cepat namun beresiko atau butuh waktu lama tetapi aman. Ingat juga, PMP merupakan salah satu dari 4 komponen ketercapaian SNP, selain EDS (Evaluasi Diri Sekolah), Akreditasi, dan SPM (Standar Pelayanan Minimal). Keempatnya membutuhkan data yang valid untuk dibuat rencana pengembangan pendidikan ke depan.
Ya, bagi anda yang sudah mulai mengerjakan aplikasi ini, pasti merasa lebih mudah karena kecepatan loading ini menghemat waktu pekerjaan kita. Namun, bagi operator yang dibebani kepala sekolah untuk menginput semua kuesioner, termasuk milik guru dan komite, maka pengerjaannya tetap lama. Belum lagi pusingnya menghadapi pertanyaan yang itu-itu saja.
Akhirnya banyak yang memilih menggunakan Faster PMP. Apa itu Faster PMP? Saya yakin anda sudah tahu, sejenis aplikasi yang akan mengisi kuesioner-kuesioner secara otomatis, hanya dengan beberapa klik. Hadirnya aplikasi seperti ini pasti mendapat sambutan baik, karena menawarkan pekerjaan cepat dan mudah. Terbukti di forum-forum operator sedang ramai membahas aplikasi ini.
Tapi, apakah Faster PMP benar-benar memudahkan kita?
Kalau dari segi kemudahan pengerjaan dan waktu yang dibutuhkan, tentu sangat membantu. Banyak yang sudah mencoba dan mengatakan berhasil. Tidak perlu memelototi komputer lama-lama, hanya dengan beberapa klik semua kuesioner terisi.
Tapi penggunaan Faster PMP tetap beresiko. Seperti yang dituliskan oleh blog-blog yang membagikan aplikasi ini, mereka mewanti-wanti apabila terjadi error pada isian kuesioner maupun pengiriman data, itu ditanggung sendiri. Tentu saja ini sebuah warning/peringatan buat anda yang memilih pakai “jalan pintas ini”.
Saya sendiri belum pernah mencobanya, dan pilih menginput manual lewat aplikasi yang resmi. Sempat ada teman operator yang berhasil mencobanya, namun hasil isian kuesionernya tidak sesuai harapan. Itu saja sudah membuat saya kurang tertarik mencoba. Yah mau gimana lagi, yang namanya inputan otomatis pasti hasilnya ya mengikuti sistem.
Dan bagaimana jika kita hubungkan tujuan PMP itu sendiri yang untuk mengumpulkan informasi aktual dan valid tercapainya standar nasional pendidikan? Silahkan anda simpulkan sendiri.
Jadi, artikel ini bukan bermaksud menjudge bahwa penggunaan Faster PMP itu salah. Kita harus mengapresiasi developernya yang mampu menciptakan kemudahan seperti ini. Ini adalah kreasi bagus dan inovatif dari para pejuang “Satu Data”. Saya sendiri belum mampu membuat seperti itu, masih mentok di aplikasi berbasis excel.
Namun harus kita akui juga, kuesioner yang terisi otomatis itu tidak mewakili keadaan sebenarnya. Apalagi tanpa melalui editing dan langsung kirim, jelas bukan benar-benar data yang valid. Dan tentu saja melenceng dari tujuan awal PMP itu diadakan.
Semua kembali pada anda, pilih cara cepat namun beresiko atau butuh waktu lama tetapi aman. Ingat juga, PMP merupakan salah satu dari 4 komponen ketercapaian SNP, selain EDS (Evaluasi Diri Sekolah), Akreditasi, dan SPM (Standar Pelayanan Minimal). Keempatnya membutuhkan data yang valid untuk dibuat rencana pengembangan pendidikan ke depan.
No comments:
Post a Comment